Ngaben Bali Majapahit - Desa Pekraman Pohgading, Denpasar Utara
Denpasar Utara merupakan bagian dari Kota Denpasar, Bali, yang memiliki sejarah sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan di pulau tersebut. Seiring berjalannya waktu, Denpasar Utara berkembang menjadi pusat administrasi, komersial, dan budaya yang signifikan di Bali. bicara tentang budaya dan keagamaan, daerah Denpasar Utara tidak terpisahkan dengan upacara ngaben. Secara historis, ngaben (upacara kremasi Hindu) di Denpasar Utara merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat. Upacara ini merupakan\ritual kematian yang melibatkan pembakaran jenazah. Di Denpasar Utara, ngaben biasanya diadakan dengan cara yang khusus, menggabungkan aspek tradisional dan kebudayaan lokal yang khas, serta nilai-nilai keagamaan Hindu yang mendalam. Pelaksanaan ngaben di Denpasar Utara juga mencerminkan identitas dan warisan budaya yang dijaga dengan erat oleh masyarakat setempat.
Pelaksanaan upacara ngaben tetap dilaksanakan secara konvensional (tidak di krematorium). Tahapan yang dilakukan dalam upacara ngaben memakai sarana banten (sesajen) yang berbeda-beda.Adapun tahapannya adalah:
1. Nyiramin layon yaitu upacara memandikan jenazah
2. Ngajum kajang yaitu prosesi melepaskan roh dengan membuat simbol simbol menggunakan kain bergambar unsur-unsur penyucian roh.
3. Papegatan Papegatan berasal dari kata pegat, yang artinya putus
Makna upacara ini adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang, sebab kedua faktor tersebut bakal menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan. Dengan upacara ini pihak keluarga berarti telah dengan cara ikhlas melepas kepergian mendiang ke tempat yang lebih baik
4. Pengiriman yaitu jenazah dibawa ke kuburan setempat.
5. Ngeseng yaitu upacara pembakaran jenazah.
6. Nganyud yaitu Nganyud
Bermakna sebagai ritual untuk menghanyutkan segala kekotoran yang tetap tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini biasanya dilakukan di laut atau sungai.
7. Makelud
Bermakna upacara makelud ini adalah membersihkan dan mensucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang melanda keluarga yang ditinggalkan.
Tahapan upacara ngaben ini menggunakan sarana banten (sesajen) yang berbeda beda. Pembuatan sarana banten ini biasanya melibatkan banyak orang. Banten (sesajen), yang inti dan harus ada dalam upacara ngaben sangatlah murah, yaitu: nasi angkeb, bubur pirata, panjang ilang, dyus kamalagi, pengadang-adang dan tirtha pangentas, ditambah dengan ayaban banten pangiring yang sesuai kemampuan (Santosa, 2022). Pembuatan banten di Br. Tegal Kauh, dilaksanakan oleh ibu-ibu PKK setempat dimana banten yang dibuat disesuaikan dengan desa setempat dan diupayakan sesederhana mungkin namun tidak mengurangi banten inti. Untuk memudahkan dan mengefektifkan waktu pembuatan banten, ibu-ibu PKK Br. Tegal Kauh yang berjumlah 74 orang, dibagi menjadi tujuh kelompok. Masing-masing kelompok ini mengerjakan tugas yang berbeda beda.
1. Kelompok 1 Membuat banten nyiraman layon
2. Kelompok 2 Membuat banten ngajum kajang
3. Kelompok 3 Membuat banten papegatan
5. Kelompok 5 Membuat banten ngeseng
6. Kelompok 6 Membuat banten nganyud
7. Kelompok 7 Membuat banten makelud